Wednesday, August 1, 2007

KISAH BERSAMBUNG PERJALANAN KE SEMARANG

BINGUNG DI TENGAH KOTA SEMARANG


Selasa, 31 Juli 2007
Siang itu sekitar pukul 13.30 WIB kami berkumpul di jalan utama menuju Magelang, sekitar Jombor. Hari itu kami bersiap melaju ke Semarang untuk menghadiri Pelantikan DPC PMKRI St. Gregorius Semarang yang sedianya akan berlangsung pada pukul 16.30 WIB. Setelah sempat menunggu beberapa waktu kami melaju berboncengan motor menuju Semarang. Perjalanan pun dimulai.
Martin berboncengan dengan Mbak Rosa yang dalam kesempatan tersebut menjadi Ibu Perjalanan. Saya sendiri diboncengi oleh Indra. Sambil melaju di depan sesekali kami melihat Martin yang belum tampak di belakang kami. Kalau saya mengatakan untuk meneruskan laju motor, Indra meneruskan laju motor karena itu berarti Martin sudah turut di belakang kami. Sesekali pula Martin melaju di depan kami bersama Mbak Rosa.
Perjalanan menuju Semarang cukup menantang karena belum pernah ada yang diantara kami yang melaju dengan motor menuju kota besar di Jawa Tengah itu. Ini pengalaman pertama kami. Apalagi Martin dan Indra sempat keder setelah mendengar kisah bajing loncat yang katanya sering muncul di sepanjang jalan menuju Semarang.
Perjalanan cukup lancar walau di tengah kota Magelang, Mbak Rosa sempat bingung melihat jalur yang kami tempuh. Kami yakinkan dengan mengatakan bahwa jalur yang kami pilih juga menuju Semarang. Saya agak sulit menjelaskan jalur apa, yang jelas saya yakin itu menuju tujuan kami. Kami terus memastikan dengan mempedomani petunjuk arah di sepanjang jalan.
Melewati kota Magelang, Secang, Ambarawa, dan Ungaran, akhirnya kami akan memasuki kota Semarang. Jam di ponsel menunjukkan pukul 16.00 WIB. Saya meminta Indra untuk mempersilahkan Martin dan Mbak Rosa berada di depan karena Mbak Rosa yang tidak begitu tahu jalan menuju Semarang hanya mengerti lokasi Wisma Driyarkara yang kami tuju. Setelah bertanya sekilas mengenai lokasi tujuan saya dan Indra membiarkan Mbak Rosa mencari jalan menuju Wisma. Selama itu tampaknya Mbak Rosa berencana mengikuti angkot jurusan Dr. Cipto. Tetapi beberapa kali tampak bahwa laju kami menjadi amat bergantung pada angkot dan bahkan akhirnya kami mesti keluar dari jalur angkot karena Martin membawa kami ke arah kiri jalur utama yang dilalui angkot itu. Mulailah kami bingung bersama. Martin hendak berbalik arah setelah tahu kami kehilangan petunjuk. Tapi saya meminta Indra melaju pelan ke Kantor Kepolisian yang berada di sebelah kiri jalan.
Martin mengikuti kami dengan motornya. Saya dan Mbak Rosa akhirnya bertanya pada beberapa polisi yang sedang piket. Salah seorang bertanya apakah kami dari Jogja dan kami mengiyakan. Setelah dapat petunjuk yang juga kurang jelas kami melaju lagi dan mengikuti jalan pintas yang direkomendasikan oleh pak polisi. Sempat kaget saat pengaturan jalur lalu lintas di perempatan dekat kantor kepolisian itu agak kacau. Saat lampu hijau kami dan beberapa mobil melaju kearah kanan, tapi anehnya dari arah depan puluhan motor dan mobil juga melaju lurus ke arah kami sebelumnya. Indra dan saya tertawa ringan.
Kembali ke jalur utama kebingungan dimulai lagi. Motor yang dibawa oleh Martin masih melaju mengikuti angkot. Begitu seterusnya hingga ke bundaran di tengah kota Semarang. Saya mulai tidak yakin dengan keadaan. Martin melaju lurus sementara Indra melaju ke arah kiri. Angkutan dan kendaraan pribadi ramai sepanjang jalan dan tampak semrawut. Saya minta Indra menepi dan bertanya pada salah seorang wanita kantoran yang kebetulan berada di sana. Mereka mengarahkan kami berbalik arah dan menuju perempatan pertama Jl. Pattimura ke kanan. Saat kami berbalik arah, Martin dan Mbak Rosa melaju sebaliknya kea rah kami. Saya minta mereka mengikuti kami. Barangkali karena Indra yang melaju terlalu cepat Martin dan Mbak Rosa kehilangan pandangan. Mereka mengikuti angkot jurusan Dr. Cipto yang menuju jalan lain sementara kami mengikuti angkot yang menuju arah Pattimura dan Dr. Cipto. Hampir 10 menit kami terpisah di tengah kota dan bertemu lagi setelah Indra memberi petunjuk via sms ke Mbak Rosa. Kami melaju lagi di depan dan setelah berada di persimpangan Jl. Dr Cipto sambil melaju saya serahkan kembali perjalanan ke Mbak Rosa. Masih bingung hingga akhirnya kami benar-benar tiba di Wisma Driyarkara, Mabes-nya rekan-rekan PMKRI Semarang. Kami akhirnya tiba setelah melaju dari Jogja selama tiga setengah jam. PUJI TUHAN!!!
Tiba di Margasiswa Driyarkara kami disambut oleh Bung Aa dan rekan-rekan. Selang beberapa menit acara dilanjutkan dengan Misa yang dibawakan oleh Rm. Sapto Margono, PR. Dalam misa tersebut juga dipersilahkan kepada anggota untuk sharing mengenai PMKRI. Seusai misa dilanjutkan dengan sidang pelantikan dan menariknya dalam pelantikan tersebut, Presidium tampaknya masih orang yang sama dari kepengurusan sebelumnya. Belum tampak wajah baru. Acara berjalan sederhana dan sukses. Dalam pelantikan itu PMKRI Yogyakarta sebagai undangan memberikan sambutan sekaligus otokritik bagi PMKRI.
Acara pun ditutup dengan jamuan sederhana. Sate dan bumbu lezatnya menanti!!!
EmHmm ... Uenak tenan dab! Trims dech buat Semarang yang udah menjamu tamu dengan baik dan asyik abisss. Sambil makan sambil diskusi dengan saudara-saudari pengurus PMKRI dari Purwokerto, Semarang, dan Solo.
Tak bisa melanjutkan diskusi, kami pamitan terlebih dulu pada rekan-rekan lain termasuk beberapa undangan yang hadir. Kami pun melaju menuju Jogja karena esok harinya Indra dan Martin mesti kuliah. Menembus malam yang dingin kami melaju sampai tak sadar kami salah jalur hingga tiba di Salatiga. Waahhh ... STOP! Tanya warga sekitar akhirnya kami berbalik menuju jalur Ambarawa. Sekitar pukul 11.30an makan di warung lesehan pinggir jalan dan melanjutkan perjalanan menuju jogja. Pagi dini hari kami pun tiba di Jogja. ALHAMDULILAH!!


Dibagi dari kisah perjalanan
Indra Rasija
Martin
Mbak Rosa
Thomas sembirinK

No comments: