Sunday, February 17, 2008

MEWUJUDKAN GERAKAN MAHASISWA KATOLIK INDONESIA

Gerakan mahasiswa Katolik Indonesia yang meng-Indonesia ditandai dengan berdirinya wadah bernama PMKRI pada tanggal 25 Mei 1947 di Yogyakarta.


Suasana tahun 1947 merupakan suasana hingar bingar revolusi, dan upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penindasan Belanda. Pendiri PMKRI, Mgr. Soegiyapranoto dikenal sebagai Uskup Revolusioner karena, keberanian beliau dalam melawan penindas asing yang saat itu adalah Belanda. Laskar-laskar dan kader-kader pejuang dibentuk dan sejumlah orang Katolik muncul sebagai orang-orang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan berjuang melawan penindas, seperti Yos Soedarso, Adisucipto, dan Slamet Riyadi.

Ketika Belanda melakukan Agresi Militer II ke Yogyakarta, ibukota Indonesia saat itu, Mgr. Soegiyapranoto memilih hijrah ke Yogyakarta dan menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota Keuskupannya. Ini merupakan bentuk dukungan rohani, moral, dan politik, kepada Indonesia saat itu, dan tidak juga ketinggalan, hijrah Mgr. Soegiyapranoto diikuti hijrahnya orang Katolik di Jawa Tengah ke Yogyakarta.

Bapak Munadjat dan P.K. Haryasudirdja juga terlibat aktif dalam perjuangan bersenjata.

Menjadi jelas secara pemikiran dan gerakan (ideologi-metodologi) tentang pergulatan awal PMKRI dalam perjuangannya demi kelas tertindas. Dalam melawan penindas, seandainya diperlukan, jalan revolusi dapat saja ditempuh, dan gerakan bersenjata dimungkinkan.


Ilham Injil Sinoptik dan Gerakan PMKRI

Di dalam gerakannya, PMKRI menggiatkan diri pada 3 (tiga) bidang i:

  1. Kerohanian-mental

  2. Kemasyarakatan-kenegaraan

  3. Kemahasiswaan


    Ketiga bidang ini sendiri jelas diilhami Injil, dan ini dapat digali dalam kesaksian penulis Injil tentang hidup Yesus.

            1. Kerohanian-mental

Kebobrokan kerohanian-mental senantiasa menjadi sasaran kecaman Yesus.

Berulang kali Yesus mengecam tindakan imam-imam Yahudi, apapun aliran

 keagamaannya, Saduki maupun Farisi, Ortodoks maupun Heterodoks.

"Hati-hatilah terhadap ragi orang Farisi!" seperti tertulis dalam Injil.

Yesus melawan hukum yang menindas yang mengesahkan pembunuhan terhadap perempuan yang diketahui berzinah, walau hukum itu dianggap diturunkan allah atau diwahyukan allah kepada nabinya.

Yesus juga mengobrak-abrik Bait Allah.

Kerohanian mental yang dikenal secara umum dengan nama agama, dan agama dalam nilai Injil seperti halnya ideologi, keduanya adalah persoalan keyakinan, persoalan paham.

Kecaman terhadap agama muncul karena agama yang ada mengesahkan penindasan, dan mengajarkan untuk membela penindasan, seolah-olah menjadi sesuatu yang tidak menjadi masalah.

Di dalam pandangan Injil, agama, tatanan kerohanian mental seperti ini harus ditentang, dan sudah sepantasnya.

Sejak awal, agama Kristen telah menjadi keyakinan dan paham orang miskin dan buangan. Keduabelas rasul adalah orang miskin. Simon dan Yudas Iskariot, mereka adalah anggota gerakan bawah tanah Yahudi yang menentang penindas Romawi dan menginginkan kemerdekaan Israel dari Romawi.

Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, agama Kristen di Roma berkembang menjadi agama rahasia para budak.

2. Kemasyarakatan-kenegaraan

Yesus menyebarkan ajaran-Nya pada usia 30 tahun, dan ada 2 (dua) kekuasaan di Israel yang berebut pengaruh saat itu, wali negeri Romawi yaitu Pilatus, dan Herodes, seorang Penguasa Israel yang ditunjuk Kekaisaran Romawi.

Keadaan masyarakat Israel pada masa Yesus menyebarkan ajaran-Nya turut mewarnai latar belakang ajaran-Nya, bahwa ada Penguasa dan yang dikuasai, Penindas dan yang ditindas.

Kotbah di Bukit sebagai contohnya, bukan saja sebuah kotbah rohani, tetapi juga kotbah sosial politik, kotbah yang menampilkan keadaan masyarakatnya.

Injil memuat pula firman Yesus, bahwa Diri-Nya tidak memiliki ruang gerak di dunia ini seperti halnya Penguasa. Seperti disebutkan: 

"Burung mempunyai sarang, serigala mempunyai liang, tetapi tidak Anak Manusia"

Burung, serigala, dan Anak Manusia adalah kata sandi. Burung menunjuk pada lambang Kekaisaran Romawi yang berwujud burung rajawali, dan serigala menunjuk pada wajah atau watak Herodes yang kemungkinan menyerupai serigala, sementara arti Anak Manusia menunjuk pada Pribadi Yesus sendiri.

Kata sandi yang digunakan ini sebenarnya ingin menunjukkan adanya pertentangan dalam masyarakat Israel saat itu, menampilkan adanya persoalan kemasyarakatan รข€“ kenegaraan.

3. Kemahasiswaan

Kemahasiswaan dimaknai sebagai gerakan dalam lingkup pendidikan.

Israel pada masa Yesus menyebarkan ajaran-Nya tidak lepas dari persoalan Romawi yang menjajah. Bangsa Romawi yang mengusung pula budaya dan ilmu pengetahun Yunani dan menyuntikkannya ke masyarakat Israel.

Ilmu pengetahuan Yunani diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar, lingkup pendidikan, dipandu filsuf. Tetapi hanya yang dapat membayar filsuf, yang memiliki uang, yang dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan mereka adalah Penguasa, Penindas, dan kelas menengah. Orang miskin, orang buangan, dan budak tidak memiliki ruang dalam lingkup pendidikan, tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan yang tidak merata merupakan keadaan masyarakat yang dianggap wajar pada masa itu.

Di tengah masyarakat yang menganggap wajar kebobrokan dunia pendidikan, Yesus selain melanjutkan pekerjaan Yosef, bapak angkatnya, sebagai tukang kayu, juga bekerja sebagai guru.

Yesus mengajar orang miskin, orang buangan, dan budak. Mengajar rakyat dengan bercerita, sebuah model pendidikan yang sederhana dan diminati orang pada umumnya. Seperti Petrus, seorang nelayan buta huruf yang terkesima dengan cara mengajar Yesus yang sederhana,

Panggilan '€˜guru' untuk Yesus tidak lepas juga dari kiprah Yesus dalam lingkup pendidikan.

Gerakan PMKRI dalam 3 (tiga) bidangnya: kerohanian-mental, kemasyarakatan-kenegaraan, dan kemahasiswaan, mempertegas Injil Sinoptik.

Rasul Paulus menuliskan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Begitu pula gerakan PMKRI, tidak ada pemisahan antara yang jasmani dengan yang rohani, surga dengan dunia, iman dengan perbuatan.

Gerakan PMKRI merupakan gerakan Injili, gerakan yang meneladani Yesus, sosok yang berpihak kepada kelas tertindas.ii

Gerakan PMKRI merupakan gerakan yang berangkat dari "pilihan wilayah gerakan dan keberpihakan sebagai bagian dari upaya keterlibatan PMKRI dalam mendorong proses perubahan dan transformasi struktur sosial, ekonomi, dan politik"iii

Tujuan gerakan PMKRI merupakan upaya membangun tatanan demokrasi yang memungkinkan terwujudnya cita-cita perjuangan organisasi sebagaimana ditegaskan dalam rumusan visi dan misi PMKRI yakni:

Visi: terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

Misi: berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang dijiwai nilai-nilai kekatolikan untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejatiiv


Hambatan dan Penghambat

Gerakan PMKRI adalah gerakan yang terlibat aktif dalam mendorong proses perubahan dan transformasi struktur sosial, ekonomi, dan politik. Gerakan PMKRI adalah gerakan yang ditujukan kepada upaya membangun tatanan demokrasi, dan ini menjadi tujuan, menjadi gambaran masyarakat yang dicita-citakan PMKRI: hadirnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

Sampai dengan hari ini, masyarakat yang dicita-citakan belum hadir di bumi Indonesia. Masyarakat yang dicita-citakan masih berupa cita-cita dan gambaran. Tidak ada keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan dalam masyarakat di bumi Indonesia.

Keadilan sosial hanya hadir ketika orang tanpa dipandang suku, agama, ras, kelamin, dan kelasnya diberi ruang dan kesempatan yang sama di bidang hukum, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Kemanusiaan hanya hadir ketika orang miskin yang lapar dapat terpenuhi persoalan pangannya. Kemanusiaan hanya hadir ketika pengangguran memperoleh pekerjaan. Kemanusiaan hanya hadir ketika setiap orang dapat memperoleh pendidikan, orang miskin dan bodoh tidak lagi dimiskinkan dan dibodohi tatanan pendidikan yang menghisap, yang meminta sumbangan pendidikan puluhan juta rupiah untuk masa pendidikan yang dijalaninya. Kemanusiaan hanya hadir ketika orang miskin yang sakit dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan dibutuhkannya.

Akhirnya, persaudaraan sejati hanya dapat terwujud melalui tahapan sebelumnya: ketika persoalan keadilan sosial dan kemanusiaan telah dituntaskan. Tanpa keadilan sosial dan kemanusiaan, tidak pernah ada persaudaraan sejati, dan tidak dimungkinkan.

Masyarakat tanpa keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati, bukanlah sesuatu yang dicita-citakan PMKRI. Masyarakat yang tidak dicita-citakan PMKRI, keadaan masyarakat yang ada di bumi Indonesia saat ini adalah hambatan terbesar, dan siapapun yang tetap menginginkan masyarakat tinggal dalam keadaan macam ini adalah penghambat, musuh, karena berseberangan dengan arah dan orientasi PMKRI.

Masyarakat yang dicita-citakan PMKRI: hadirnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati, tidak mungkin hadir dalam keadaan masyarakat saat ini, masyarakat yang ditindas, dijajah.

Keadaan masyarakat saat ini justru merupakan amanat, seperti yang menjadi arah dan orientasi PMKRI: terlibat aktif mendorong proses perubahan dan transformasi struktur sosial, ekonomi, dan politik; seperti yang menjadi pesan Injil; seperti pula yang dahulu dilakukan pendiri PMKRI.

Dalam keadaan masyarakat saat ini, amanat yang dipegang teguh harus digiatkan, ditafsirkan menjadi sesuatu yang konkrit, bahkan tanpa menutup kemungkinan untuk mewujudkannya dalam perjuangan bersenjata, melalui jalan revolusi.

Pendiri PMKRI dahulu pada awal-awal kemerdekaan Indonesia melawan penindas asing, penjajah Belanda, dengan revolusi dan gerakan bersenjata, dan pada saat ini ketika yang muncul menjadi penindas adalah bangsa sendiri, tetap saja revolusi dan gerakan bersenjata dimungkinkan dan disahkan.

Gerakan mahasiswa Katolik Indonesia tidak dapat menutup kemungkinan gerakan revolusi:


Wujudkan gerakan mahasiswa kini

dengan hadirkan revolusi.

Hambatan dipelajari

dan penghambatnya dihabisi.

Musuh rakyat diadili.


Referensi:

i lihat AD PMKRI pasal 6

ii lihat makna Kristianitas dalam 3 benang merah PMKRI

iii lihat Dasar Keorganisasian IV. 1

iv idem


Oleh Dwiana 

Ketua Presidium PMKRI Cabang Yogyakarta Santo Thomas Aquinas Periode 2005 -€“ 2006.


No comments: