Monday, February 18, 2008

NILAI DAN VISI MASA DEPAN DALAM PERSPEKTIF KAUM MUDA



Oleh :
Reynold Lumi
Ketua Presidium PMKRI Cabang Yogyakarta 
Visi dan misi masa depan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, merupakan cerminan dan acuan penilaan keadaan ke depan bangsa Indonesia. Rumusan cita-cita tersebut oleh para pendiri bangsa tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu harapan tetapi, dijiwai dan diamalkan oleh segenap masyarakat dan bangsa. Realisasi dan penerapan dalam tindakan serta perilaku masyarakat bukan hanya tolak ukur kemajuan bangsa, tetapi juga ukuran pencapain visi dan misi bangsa tersebut. Dalam suatu seminar Lemhanas di Jakarta sekitar bulan September, tahun 1998 terdapat dua catatan kritis yang mendapat perhatian bersama, yakni: 
(1) “ Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai prestasi yang telah dicapai selama ini… sebagian bersifat semu belaka sehingga perlu dilakukan reformasi total untuk mewujudkan suatu Indonesia Baru”.
(2) … konsep-konsep dasar atau pola pikir baku yang berlaku atau yang dianut selama ini dapat dengan serta merta menjadi tidak relevan lagi dan usang dalam menghadapi tuntutan dan paradigma baru yang terjadi” ) .
Mewujudkan suatu Indonesia baru dalam tatanan dan struktur sosial masyarakat, setelah sekian lama berada dalam dinasti orde baru tentunya tidak semudah kita membalikkan tangan. Mengembalikan nilai dan solidaritas masyarakat, sebagai dasar pembentukan suatu state (negara) saat ini menjadi pekerjaan rumah yang masih tertunda. Bahkan Pancasila yang diakui sebagai “pandangan hidup”, Pancasila sebagai “kepribadian bangsa”, Pancasila sebagai identitas nasional saat ini mulai dipertanyakan kesaktiannya. Apakah Pancasila kemudian hanya digunakan sebagai slogan oleh para orator partai menjelang pemilu atau sebatas retorika sejarah?. Apakah Pancasila masih relevan dengan kondisi masyarakat saat ini?. Dalam kondisi negara yang terus bergejolak dan terjebak dalam kekuasaan dan tekanan internasional, pertanyaan mengenai falsafah bangsa terus menjadi batu ujian bersama. 
Kekuatan dan kesaktian Pancasila terus diuji dengan berbagai konflik-konflik horizontal, yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam konteks kekinian, visi dan misi negara mulai mengalami pengaburan oleh individu-individu tertentu ataupun sekelompok orang. Fakta dan kondisi di lapangan menunjukkan adanya gejala-gejala pengaburan itu dengan mengusulkan penggantian ideologi negara selain Pancasila. Peranan Pancasila dalam kapasitasnya sebagai dasar negara sebagaimana tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya mencerminkan nilai-nilai dasar Pancasila yaitu keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, persatuan dan kesatuan ). 
Akibat dari krisis identitas, tersebut pendidikan nilai dan budaya di lapisan masyarakat mulai goyah. Hal ini dapat dilihat dari budaya instant yang merebak di tengah-tengah masyarakat, konflik korupsi yang merajalela dari birokrasi desa sampai negara dan intimidasi serta kekerasan fisik yang mengatasnamakan kebenaran dan keadilan masyarakat. Bahkan Samuel P Huntington menyatakan telah terjadi terjadi benturan peradaban (clash of civilization) yang menggambarkan adanya konflik-konflik yang sekarang terjadi. Benturan ini sering menjadi legitimasi adanya konflik-konflik yang berbau SARA 3).   
Sebagai bagian dari struktur masyarakat, kaum muda (mahasiswa) juga turut merasakan krisis identitas negara. Bahkan sebagai tanggung jawab serta kewajiban pada bangsa, mahasiswa berperan besar dalam mengulingkan rezim orde baru dengan orde reformasi 4). Pergulatan dan dinamika yang dialami oleh mahasiswa pada prinsipnya sama halnya dengan yang terjadi struktur masyarakat yang lain. Sebagai bagian dari intelektual muda mahasiswa juga belajar dan dididik untuk berani memperjuangkan kebenaran. Menjadi kader-kader dan agen-agen perubahan di tengah tuntutan dan tekanan masyarakat tentu membutuhkan keberanian yang sangat besar. Menciptakan kader-kader muda yang semangat, revolusioner dan visioner serta berwawasan kebangsaan tentunya membutuhkan proses pendidikan yang berbeda. Kader adalah seorang individu yang telah mencapai perkembangan politik yang cukup mampu untuk menafsirkan petunjuk-petunjuk yang lebih besar dan memegangnya sebagai suatu orientasi ke massa. Seorang kader adalah seseorang yang memiliki disiplin ideologis dan administrasi 5).   
Pembangunan demokrasi yang coba dibangun oleh mahasiswa akhir-akhir ini tampaknya mulai menujukkan titik jemu. Partisipasi serta dukungan yang kecil dalam mengembangkan civil society di Indonesia sebagai bagian demokrasi tentunya mempunyai syarat sebagai pra kondisi terbentuknya alam demokrasi di Indonesia. Partisipasi dan dukungan dari segenap kaum muda merupakan salah satu jaminan pendorong gearkan kaum muda tetap hidup. Mengembangkan civil society di tataran praktis sebagai jawaban atas keraguan dari masyarakat merupakan salah satu gerakan otentik yang dilakukan oleh kaum muda baik sebagai LSM, OKP, Dewan Mahasiswa ataupun secara personal. Oleh M. Sastrapratedja disebutkan pemberdayaan “civil society” sebagai paradigma pembaharuan social budaya, dan demokrasi merupakan bagian penting dalam pemberdayaan civil society. Sepaham dan sejalan dengan itu berbagai gerakan yang telah dan akan dilakukan oleh kaum muda untuk mewujudkan demokrasi pada dasarnya, sebagai bagian dari mengembalikan lagi visi dan misi bangsa Indonesia. 
Daftar Pustaka
Jurnal bulanan Cuba Socialista edisi September 1962
Makalah Y.B Mangunwijaya dalam Seminar Lemhanas “Wawasan Kebangsaan Menuju Indonesia Baru” Jakarta 22-23 September 1998
Sastrapratedja, M., 2001, Pancasila sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sukaya, Endang. Zaelani, dkk., 2002, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma, Yogyakarta.
Sugiri, L, dkk., 2004, Kasih Dan Konflik, Sekretariat Komisi PSE/APP,LDD-KAJ dan Komisi PSE/KWI, Jakarta. 


SEBUAH SURAT DARI CHE UNTUK FIDEL

Reynold Lumi

Ketua Presidium PMKRI Yogyakarta

Mendengar berita akan digantikannya Fidel Castro oleh adiknya Raul Castro, pasti membuat banyak orang mengharapkan sesuatu perubahan yang besar dalam dirinya, terutama dari musuh-musuh abadinya. Dalam pencarian di internet saya mendapatkan sebuah surat yang dituliskan Che kepada Fidel, yang mana mengingatkan kita akan duet maut yang menghebohkan arus perpolitikan di Amerika Latin.

Surat ini dibacakan oleh Fidel Castro pada tanggal 3 oktober 1965, pada rapat terbuka yang mengumumkan Komite Sentral Partai Komunis Kuba yang baru terbentuk dengan dihadiri oleh istri Guevara dan anak-anaknya, Castro menyatakan:

"Saya hendak bacakan sebuah surat, yang ditulis tangan dan kemudian diketik, dari kawan Ernesto Guevara, yakni penjelasan diri ....Tertulis demikian: 'havana' --tanpa tanggal, surat yang musti dibacakan pada kesempatan yang amat baik, namun sesungguhnya dibuat pada tanggal 1 April tahun ini."

Pembacaan, surat ini merupakan penjelasan terbuka pertama kali sejak guevara tidak pernah nampak lagi di Kuba

Pada saat ini aku teringat banyak hal --ketika aku pertama kali bertemu denganmu di rumah Maria Antonia, ketika kau mengusulkan aku untuk ikut serta, seluruh ketegangan terlibat dalam persiapan itu.(peperangan/gerilya melawan Batista, ) 

Suatu ketika ketegangan-ketegangan itu akan menghampiri kita lagi dan menagih nyawa kita, dan kemungkinan nyata dari fakta itu memukul kita semua. Di kemudian hari tahulah kita bahwa itu benar, bahwa dalam revolusi salah satu pihak akan menang atau mati (bila itu benar revolusi). Banyak kawan yang berjatuhan sepanjang jalan menuju kemenangan.

Saat ini segala sesuatunya tidak lagi terlalu dramatis, karena kita lebih matang. Namun kejadian-kejadian kembali terulang. Aku merasa bahwa aku telah memnuhi kewajibanku yang mengikatkan aku pada revolusi Kuba,secara teritorial, dan kuucapkan selamat berpisah padamu, pada rakyatmu, yang sekarang rakyatku juga.

Secara resmi aku mengundurkan diri dari kedudukan dalam kepemimpinan nasional partai, kedudukan, sebagai menteri, pangkat komandanku, dan kewarganegaraan Kuba-ku. Tak ada yang legal yang mengikatku dengan Kuba. Satu-satunya ikatan adalah hal lain --ikatan yang tak bisa diputuskan seperti pemberhentian seseorang dari sebuah jabatan.

Merenungkan kehidupan masa laluku, aku yakin aku telah bekerja dengan cukup jujur dan pengabdian untuk mengkonsolidasikan kejayaan revolusioner. Satu-satunya kesalahanku yang serius adalah tidak punya kepercayaan yang besar padamu saat pertama di Sierra Maestra dulu, dan tidak segera yakin akan kualitasmu sebagai seorang pemimpin dan seorang revolusioner.

Hari-hari kehidupanku kulewati dengan indah di sini, dan di sisimu aku merasa bangga memiliki rakyat yang demikian tangguh menghadapi saat-saat penuh penderitaan dalam krisis Karibia.

Jarang sekali ada negarawan yang lebih ulung darimu menghadapi saat-saat seperti itu. Akupun bangga mengikutimu tanpa keraguan, mengidentifikasikan dengan jalan pikiran, pandangan,perhitungan menghadapi bahaya, dan prinsip-prinsipmu. Kali ini bangsa-bangsa lain mengharapkan sumbangsihku. Dan aku bisa melakukannya tanpa mengikutsertakanmu karena tanggung jawabmu yang besar sebagai pimpinan kuba, dan tibalah saatnya bagi kita untuk berpisah.

Ketahuilah, bahwa aku melakukan tugas ini dengan campuran perasaan bahagia dan sedih. Kutinggalkan di sini harapan-harapanku yang paling murni sebagai seorang pembangun dan seluruh ketulusanku yang paling dalam. Kutinggalkan orang-orang yang telah menganggapku anak. Itu semua sesungguhnya menimbulkan luka yang dalam bagiku.Akan kubawa ke medan juang baru segala hal yang kau ajarkan padaku, semangat revolusioner rakyat kita, perasaan untuk memenuhi kewajiban yang amat suci: berjuang menentang imperialisme dimanapun ia adanya. Ini yang akan mengobati dan mengeringkan luka di jiwaku.

Kunyatakan sekali lagi bahwa aku melepaskan Kuba dari tanggung jawab apapun juga, kecuali teladan-teladan yang diberikannya. Kalau saja saat-saat akhir hayatku aku berada di bawah langit lain, pikiranku yang terakhir adalah tentang rakyat Kuba dan terutama tentang dirimu. Aku amat berterima kasih atas ajaran-ajaranmu, teladan-teladanmu, dan aku akan memegangnya hingga konsekuensiku yang paling akhir dari tindakanku.

Aku selalu mengidentifikasikan diri dengan kebijaksanaan luar negeri dari revolusi kita, dan akan meneruskannya. Dimanapun aku berada, aku akan merasa bertanggung jawab terhadap revolusi Kuba, dan aku kan menjaganya. Aku tak merasa malu bahwa aku tak meninggalkan kekayaan materi untuk anak-anak dan istriku; aku bahagia dengan cara seperti itu. Aku tak memintakan apapun untuk mereka, karena negara akan mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan untuk mereka.

Aku ingin mengatakan banyak hal padamu dan pada rakyat kita, namun aku merasa hal itu tak perlu. kata-kata tak akan mampu mengekspresikan apa yang ingin kuungkapkan itu, dan kupikir tak ada manfaatnya untuk membuat coretan lebih banyak lagi di sini.

Hasta la victoria siempre! (Maju terus menuju kemenangan)
Patria o muerte! (Tanah air atau mati)
Kupeluk kau dengan sepenuh semangat revolusionerku.

Che


No comments: