Friday, November 21, 2008

TAHUN KAUM MUDA KAS

Tahun Kaum Muda 2009 dan Generasi Mahasiswa KKN

Tahun 2009 merupakan masa yang diberi khusus oleh Keuskupan Agung Semarang bagi Kaum Muda. Tahun Kaum Muda, demikian kira-kira kita menyebutnya. Sebuah bentuk perhatian, keprihatinan, dan harapan bagi gereja muda yang kelak akan menjadi wajah gereja dan Kristus yang hadir ditengah dunia.


Kaum muda Katolik tidak statis dan terpusat pada satu ruang dan waktu. Kaum muda tersebar di ranah pendidikan, budaya, social, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Setiap saat melahirkan generasi baru yang selayaknya siap menopang aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa katolik adalah satu bagian penting yang tak boleh dilupakan dalam konteks kaum muda katolik. Dalam sejarahnya, mahasiswa katolik telah menyumbangkan perannya secara signifikan dalam sejarah panjang bangsa ini. Melalui PMKRI yang lahir di tahun 1947 di Yogyakarta, telah banyak kader mahasiswa katolik menjadi ujung tombak perubahan tatanan masyarakat kita. Semua itu adalah catatan sejarah kendati sumbangan yang besar itu kian hari kian redup oleh karena tergerusnya minat dan panggilan untuk berpartisipasi dalam upaya perubahan bangsa ini menuju kondisi yang lebih baik ; adil, berprikemanusiaan, dan sejahtera.

Generasi KKN

Mahasiswa adalah agen perubahan. Demikian kata aktivis dan banyak kalangan untuk menunjukkan sisi positif panggilan dan perjuangan mahasiswa dalam pelbagai persoalan bangsa ini.

Benarkah demikian?

Dalam catatan sejarah perjuangan gerakan kemahasiswaan demikianlah memang adanya. Tidak sedikit mahasiswa yang mengorbankan waktu, tenaga, harta, bahkan nyawanya untuk bisa mendorong terjadinya perubahan. Perubahan atas pemerintahan yang otoriter, sistem yang bobrok, sikap represif dan pelbagai bentuk ketidakadilan lainnya yang berlangsung dalam banyak aspek kehidupan kita.

Namun bila kita melihat realita sosial sekitar kita, di dalam lingkungan kita sendiri sebagai mahasiswa, jauh lebih banyak mahasiswa dalam ketidaksadarannya justeru menjadi agen perubahan yang membuat masyarakat dan bangsa kita terperosok. Secara tidak langsung, mahasiswa dalam rantai panjang persoalan bangsa ini justeru meneruskan budaya dan pola pikir “titipan” yang pada akhirnya mendestruksi tatanan keadilan yang telah dengan susah payah diperjuangkan oleh sebagian rekan mereka.

Mahasiswa pula yang menjadi agen yang merubah tatanan masyarakat, norma dan moral budaya secara terbalik akibat derasnya arus informasi yang tidak mampu dipilah lewat pelbagai media yang kian marak. Mahasiswa menjadi korban budaya pop barat yang sebenarnya tidak siap untuk diserap, diserang lewat pelbagai media dalam ruang dan waktu yang berbeda. Seolah tanpa itu semua, mahasiswa menjadi pribadi yang tidak bebas dan menemukan jatri dirnya. Tidak merasa Gue Banget tanpa menggunakan busana model terbaru dan merek ternama, makan di resto-resto Amerika, clubbing, dan aktivitas lain yang selaras dengan gaya hidup kaum muda pop di barat.

Mahasiswa model ini adalah kita yang lebih pantas disebut sebagai Generasi Mahasiswa KKN. Generasi yang taunya hanya Kuliah, Kos, dan Nongkrong. Seluruh aktivitas dan ruangnya tidak pernah jauh dari tiga hal tersebut. Kuliah diapandang sebagai satu syarat menjadi manusia ber-gelar, Kos sebagai ruang aktualisasi sikap individualisme diri, dan Nongkrong menjadi satu ritual baru dimana sikap hedon diwujudkan dengan kesenangan.

Mahasiswa generasi KKN adalah perwujudan oposisi kuat terhadap gerakan mahasiswa itu sendiri. Secara kasat mata, mahasiswa justeru berperang melawan dirinya sendiri. Hal inilah yang menggerogoti tubuh besar gerakan kemahasiswaan. Melemahkan dan meracuni strukur perjuangan kaum intelektual kampus. Mahasiswa kemudian harus bertarung pada medan kampus dengan wacana mereka sendiri. Bertarung untuk membuktikan sikap mana yang lebih penting dan utama. Pada titik ini mahasiswa kehilangan fokus peran dan tanggungjawabnya sebagai elemen penting bangsa ini.

Satu Hulu Beda Muara

Bila gerakan mahasiswa yang kian lemah itu masih memiliki bentuk dan terstruktur pada titik yang sama, maka sebaliknya mahasiswa generasi KKN secara sporadis tersebar disetiap ruang. Menjadi yang dominan pada setiap ruang. Kendati tanpa komando, toh mahasiswa generasi KKN adalah mahasiswa yang oleh ketidaksadarannya berpengaruh besar dalam memperlemah posisi rekannya di gerakan kemahasiswaan. Dan hal ini jelas menguntungkan penguasa dan pengusaha yang sepanjang sejarah kerap menjadi sasaran kritik intelektual kampus dan gerakan kemahasiswaan.

Memang tidak terlalu tepat membagi karakteristik mahasiswa hanya pada mereka yang suka memperjuangkan visi kebangsaannya lewat gerakan mahasiswa dan mereka yang bersikap apatis dan memilih menjalani hidup tanpa kepedulian besar akan dinamika sosial kemasyarakatan. Kendati demikian ini adalah pembacaan yang dalam hemat penulis berlangsung dalam kurun waktu terakhir ini.

Memang kedua karakter itu berada dalam tubuh yang sama. Mahasiswa memang adalah manusia kampus yang hidup dalam ruang yang sama namun bergerak menuju suatu ruang yang berbeda. Bila arah gerakan kemahasiswaan diliaht dari sikap memperjuangkan dan menyatakan visinya di setiap aktivitas gerakan, maka berbeda dengan mahasiswa generasi KKN. Tidak ada yang mempu memahami dan memprediksi secara utuh visi dan mimpi mereka. Tidak ada yang mampu memahami secara utuh hendak kemana generasi ini. Mahasiswa pada akhirnya berada pada keadaan satu hulu beda muara.

Membangun Ruang bagi Kesadaran

Tidaklah bijak saat melakukan klaim sepihak atas sebuah masalah yang dihadapi bersama. Gerakan mahasiswa menuding pilihan lain diluar mereka sebagai sebuah posisi yang tidak cerdas, sementara sebaliknya generasi mahasiswa KKN memandang pilihan di gerakan adalah kesia-siaan.

Situasi ini justeru yang melemahkan tidak hanya gerakan mahasiswa maupun generasi mahasiswa KKN ini tetapi juga proses perubahan yang selalu diimpikan seluruh elemen bangsa ini. Sama sekali tidak produktif terhadap laju gerakan kemahasiswaan yang memimpikan sebuah bangsa yang adil dan sejahtera.

Adalah lebih baik dan hemat energi ketika setiap elemen gerakan mahasiswa membangun ruang yang lebih besar dan mampu membawa mahasiswa generasi KKN untuk sampai pada kesadaran mereka atas panggilan dan peran di dalam masyarakat. Membangun ruang yang edukatif dan dialogis untuk menunjukkan dampak ketidakpedulian kita terhadap situasi genting bangsa ini yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan soal-soal baru. Sinergi antar gerakan, komunitas, maupun pers mahasiswa adalah satu dari sekian banyak pilihan dari amunisi terakhir peperangan melawan kapitalisme global yang diproteksi oleh regulasi yang tidak memihak rakyat. Regulasi yang dipermainkan demi keuntungan oleh pemerintahan yang antipati terhadap kebutuhan rakyat dan bangsa ini.

Demikian halnya mahasiswa generasi Kuliah, Kos, dan Nongkrong untuk mulai menyadari banyak hal dalam dirinya yang mampu mengubah hidup banyak orang. Bahwa setiap mahasiswa adalah intelektual kampus yang memiliki keunikan sendiri untuk disumbangkan dalam perjuangan melawan pembodohan yang terjadi justeru di lingkungan pendidikan kita.

Dengan demikian secara khusus mahasiswa katolik yang hidup disetiap kampus dapat menghidupi semangat yang disuarakan oleh Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 dalam rangka membangun habitus baru. Rada mirip dengan seruan Yesus dalam kisah dimana Sang Guru membangkitkan anak muda di Nain (Luk.7:11-17). Maka kaum muda katolik, khususnya mahasiswa katolik, mari bersama menyadari keberadaan dan peran diri terhadap gereja dan bangsa. Bangkit dan bergeraklah.

Semoga pada akhirnya mahasiswa katolik Indonesia bersatu tidak hanya menjadi laskar pelangi, tepai juga menjadi laskar pembaharu!!


Wisma Driyarkara Semarang 14 November 2008

Wassalam!


Thomas sembirinK

Anggota PMKRI Cabang Yogyakarta St. Thomas Aquinas

Email n FS : sembirink86@yahoo.co.id

Facebook : sembirink@lycos.com

Weblog : http://sembirink.wordpress.com

Thursday, November 6, 2008

SERUAN BERSAMA PGI-KWI UNTUK PEMILU


Seruan Bersama PGI-KWI Dalam Rangka Pelaksanaan Pemilu 2009


Saudara-saudara terkasih di dalam Yesus Kristus,

1. Kita patut menaikkan syukur ke hadirat Allah dalam Yesus
Kristus, sebab atas anugerah-Nya bangsa dan negara kita dapat
mengukir karya di tengah sejarah, khususnya dalam upaya untuk
bangkit kembali serta membebaskan diri dari berbagai krisis yang
mendera sejak beberapa tahun terakhir ini. Anugerah, penyertaan dan
bimbingan Tuhan bagi perjalanan sejarah negeri ini, sebagaimana yang
terus-menerus dimohonkan melalui doa-doa syafaat kita sebagai
Gereja, adalah modal utama dan landasan yang amat kokoh bagi bangsa
dan negara kita untuk berjuang lebih gigih dalam mencapai cita-cita
proklamasi. Sejalan dengan itu Pemerintah dan seluruh komponen
bangsa harus berupaya dengan lebih setia dan bersungguh-sungguh agar
keinginan luhur bangsa sebagaimana diamanatkan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yaitu merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur, sejahtera dan damai, dapat diwujudkan.

Pemilihan Umum (Pemilu), baik untuk memilih anggota-anggota
legislatif, maupun memilih Presiden dan Wakil Presiden akan
dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2009. Persiapan-persiapan
pelaksanaannya telah dimulai sejak beberapa waktu yang lalu melalui
proses penyusunan perangkat perundang-undangan, pendaftaran dan
verifikasi partai-partai politik calon peserta Pemilu, serta
pencalonan bakal anggota-anggota legislatif dan berbagai persiapan
lainnya.

Undang-undang Pemilu kali ini mensyaratkan beberapa hal baru dan
mendasar yang sangat perlu dipahami oleh seluruh anggota masyarakat.
Untuk mengawal proses Pemilu yang penahapannya sangat panjang dan
mengandung beberapa ketentuan baru, kami mengajak seluruh umat
kristiani untuk mempelajari aturan perundang-undangan itu dengan
cermat dan cerdas agar keterlibatan dalam Pemilu sungguh-sungguh
menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas dan memiliki
tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia bahkan
mampu melahirkan pemimpin yang benar-benar memiliki wibawa karena
didukung sepenuhnya oleh rakyat.

Mengingat pentingnya peristiwa nasional ini, Majelis Pekerja Harian
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH-PGI) dan Presidium
Konferensi Waligereja Indonesia (Presidium KWI) menyampaikan Seruan
Bersama bagi umat kristiani baik yang ada di Tanah Air maupun yang
berdomisili di luar negeri.

2. Kami memahami bahwa pelayanan Gereja pertama-tama adalah
sebagai tanda kasih Allah bagi umat manusia. Politik adalah salah
satu bidang pelayanan yang seharusnya juga ditujukan bagi perwujudan
kasih Allah itu.. Kasih Allah itu kian nyata dalam upaya setiap warga
mengusahakan kesejahteraan umum. Alkitab menyatakan, "Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota
itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu"
(bdk.Yeremia 29:7). Karya seperti itu dijalankan dengan mengikuti
dan meneladani Yesus Kristus, Sang Guru, Juruselamat dan Tuhan, yang
secara khusus menyatakan keber-pihakan- Nya terhadap kaum yang kecil,
lemah, miskin, dan terpinggirkan.

Dalam semangat mendasar ini Gereja mendukung pelaksanaan Pemilu yang
berkualitas, yang diharapkan akan menghasilkan wakil-wakil rakyat
dan pejabat-pejabat pemerintah yang benar-benar memiliki kehendak
baik untuk bersama seluruh rakyat Indonesia mewujudkan kesejahteraan
umum.

Atas dasar pertimbangan di atas kami menyerukan agar hal-hal berikut
diperhatikan dengan saksama:

Pertama, perlu disadari bahwa melalui peristiwa Pemilu hak-hak asasi
setiap warga negara di bidang politik diwujudkan. Oleh karena itu
setiap warga negara patut menggunakan hak pilihnya secara
bertanggungjawab dan dengan sungguh-sungguh mendengarkan suara hati
nuraninya. Bagi kita, Pemilu pada hakikatnya adalah sebuah proses
kontrak politik dengan mereka yang bakal terpilih. Tercakup di
dalamnya kewajiban mereka yang terpilih untuk melayani rakyat, dan
sekaligus kesediaan untuk dikoreksi oleh rakyat. Keinginan dan cita-
cita bagi adanya perubahan serta perbaikan kehidupan bangsa dan
negara dapat ditempuh antara lain dengan memperbarui dan mengubah
susunan para penyelenggara negara. Sistem Pemilu yang baru ini
membuka peluang untuk mewujudkan cita-cita perubahan dan perbaikan
itu dengan memilih orang-orang yang paling tepat. Alkitab
menyatakan: "...pilihlah dari antara mereka orang-orang yang cakap,
setia, dan takut akan Tuhan, dipercaya dan benci pada pengejaran
suap... " (bdk. Keluaran 18:21).

Kedua, masyarakat perlu didorong untuk terus-menerus mengontrol
mekanisme demokrasi supaya aspirasi rakyat benar-benar mendapat
tempat. Sistem perwakilan yang menjadi tatacara pengambilan
keputusan ternyata sering meninggalkan aspirasi warga negara yang
diwakili.. Hal ini disebabkan karena para politisi wakil rakyat itu
dalam menjalankan tugasnya ternyata tidak mampu secara optimal
mewujudkan keinginan rakyat bahkan mengingkari janji dan komitmen
mereka. Tindakan mereka tidak dapat dipantau sepenuhnya oleh rakyat
bahkan tidak sedikit dari mereka yang ingin terpilih, beranggapan
bahwa dengan jabatan itu mereka akan memperoleh keuntungan.

Ketiga, hasil-hasil Pemilihan Umum harus benar-benar menjamin bahwa
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
tetap dipertahankan sebagai dasar negara dan acuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pemilihan Umum seharusnya memberikan jaminan bagi kelestarian Negara
Kesatuan Republik Indonesia, jaminan pelaksanaan kebebasan beragama,
terwujudnya pemerintahan yang adil, bersih dan berwibawa.

Hasil-hasil Pemilihan Umum harus menjamin terwujudnya kehidupan
politik yang makin demokratis, pembangunan yang menyejahterakan
rakyat, adanya kepastian hukum dan rasa aman dalam kehidupan
masyarakat.

•3. Kita mengambil bagian dalam Pemilihan Umum sebagai warga
negara yang bertanggungjawab dan sekaligus sebagai warga Gereja yang
taat kepada Tuhan. Dapat saja terjadi bahwa di dalam suatu Jemaat
atau Gereja, terdapat anggota-anggota yang berdasarkan hati nurani
dan tanggungjawab masing-masing menerima pencalonan diri dan atau
menjatuhkan pilihannya kepada kekuatan-kekuatan sosial politik yang
berbeda-beda. Dalam hal demikian, maka pilihan-pilihan yang berlain-
lainan itu yang dilakukan secara jujur, tidak boleh mengganggu
persekutuan dalam Jemaat dan Gereja; sebab persekutuan dalam Jemaat
dan Gereja tidak didasarkan atas pilihan politik yang sama,
melainkan didasarkan atas ketaatan terhadap Tuhan yang satu. Dalam
upaya menjaga netralitas dan obyektivitas pelayanan gerejawi maka
pimpinan Gereja/Jemaat tidak dapat merangkap sebagai pengurus partai
politik. Amanat Tuhan agar umat-Nya menjadi garam dan terang dunia,
dapat dijalankan dalam wadah kekuatan-kekuatan sosial-politik yang
berlain-lainan sesuai dengan hati nurani dan pilihan yang jujur dari
masing-masing anggota jemaat dan Gereja. Para warga Gereja yang
melayani kepentingan rakyat dan negara melalui wadah-wadah yang
berlainan harus selalu saling mengasihi dan hormat-menghormati,
sebab mereka semuanya membawa amanat yang sama, yaitu untuk "berlaku
adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan
Allah" (bdk. Mikha 6: 8).

Demikianlah Seruan Bersama kami. Kiranya Tuhan Allah, akan
senantiasa memberkati bangsa kita dalam menapaki hari-hari cerah di
masa depan. Semoga Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara
kita berkenan menyelesaikannya pula (bdk. Filipi 1:6).

JAKARTA, OKTOBER 2008

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

ttd. ttd,

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe,dt. Dr. Richard M. Daulay



Konferensi Waligereja Indonesia

Ketua, Sekretaris Jenderal,

ttd. ttd,

Mgr. M.D. Situmorang, OFM.Cap. Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF


PLEASE READ

From: Phil Lee <phil@foei.org>
Date: 27 October 2008 11:36:01 PM
To: foeiall@lists. foei.org
Cc: communicators@ lists.foei. org, foeicoords@lists. foei.org
Subject: [foei-communicators ] Urgent action needed in Indonesia and Colombia

Dear Friends,

Your help is urgently needed by our colleagues in Indonesia and Colombia. Please read this email and take action.

On 28 May 2006 hydrogen sulfide gas leaked from a gas exploration rig in Sidoarjo, Java, Indonesia. Shortly after the leak hot mud and boiling water erupted from the ground close to the site at a rate of thousands of liters a minute. Within hours the mud was inundating nearby villages.

Two years later and whilst the flow of mud has reduced, there has been no significant progress by the government to stop it for good. Meanwhile it continues to devastate people's lives. It is estimated that 11,000 people have been made homeless and thousands more have serious health issues often related to the noxious gases that accompany the mud flow. At least one hundred deaths are directly related to the mud.

Friends of the Earth Indonesia/Walhi is calling on the President of Indonesia to hold the company responsible for this catastrophe to account and for them to pay compensation to the victims.

Find out more and take action - http://www.foei. org/en/get- involved/take-action/ stop-the- indonesian- mud-flow

At the beginning of October, thousands of Colombia's indigenous people began a popular uprising around the country to protest about the cultural and physical genocide they are suffering at the hands of the state and to defend their territory, autonomy and culture.

Police forces have repressed many of the protests with bullets and tear gas. So far three people have been killed, including a child, and more than one hundred have been injured.

Friends of the Earth Colombia/Censat Agua Viva urge you to send a letter they have produced to your respective Colombian embassy demanding that the government and others responsible take action to ensure the immediate end to the violence and to establish a dialogue with the community for future negotiations.

Find out more and take action - http://www.foei. org/en/get- involved/take-action/ indigenous- community- under-fire- in-colombia

Once you've completed the actions please call on your friends and family to do the same.

Thanks for your continued support,

Friends of the Earth International

--
Phil Lee
Website coordinator
Friends of the Earth International
PO Box 19199 |1000 GD
Amsterdam | The Netherlands
tel: +31 20 622 1369 / fax: +31 20 639 2181
e-mail: phil@foei.org
web: www.foei.org