Friday, December 14, 2007

PERJUANGAN KOLEKTIF MENGGAPAI IMPIAN

Pergerakan kaum muda dalam dinamika kehidupan berbangsa lambat laun mulai mengemuka. Momentum peringatan sumpah pemuda 2007 digunakan sebagai ajang untuk menunjukkan hasrat kaum muda dalam mengambil peran lebih membangun bangsa ini. Jargon saatnya kaum muda memimpin diusung untuk menunjukkan betap kaum muda juga punya impian untuk mengambil bagian dalam menuntaskan segudang persoalan bangsa ini. Terlepas dari isu politis, pernyataan dan teriakan-teriakan kaum muda menunjukkan adanya gap dalam kepemimpinan bangsa ini.

Sekalipun dalam pandangan saya, kaum muda sudah layak dan sepantasnya menentukan nasib negara ini dengan terlibat dalam perubahan sistem yang bobrok, tetapi pandangan agar kaum muda tidak menjadi generasi peminta-minta pun semestinya bagian dari pandangan kita bersama. Kaum muda sepatutnya memperjuangkan idealisme dan gagasannya dalam rangka merubah tatanan yang memprihatinkan di negeri ini, dengan pertama-tama tidak melupakan lingkungan kaum muda itu sendiri. Mengharapkan mereka yang berada dalam kemapanan sistem memberi kesempatan kepada kaum muda laksana impian yang kebablasan.

Untuk melepaskan persepsi kaum muda sekarang sebagai generasi peminta-minta maka sudah saatnya kita mengembangkan jaringan dan menunjukkan eksistensi serta potensi kita dalam mewujudkan impian besar bangsa. Impian menuju bangsa yang sejahtera, adil dan makmur. Menunjukkan eksitensi dan potensi dengan melepaskan diri dari tekanan status quo, serta membangun kekuatan sendiri. Kekuatan dari dan oleh kaum muda untuk Indonesia.

Mengikat diri dengan sistem mapan tanpa adanya ruang perubahan adalah kesalahan terbesar kaum muda. Kaum muda yang dinamis dan idealis mestinya mampu melihat belenggu di belakang sistem yang mapan. Sistem yang menempatkan kita sebagai pencari karir politis dan menjebak kita dalam putaran waktu perubahan yang sangat lamban. Ini sama sekali bertentangan dengan nilai utama perjuangan, sebab perjuangan tidak terpaku pada tahap-tahap dan kelas-kelas peran. Ia terbebas dari semua perspektif sempit tetapi tergantung pada prinsip kolektivitas. Perjuangan hanya berhasil bila kita berhasil menghapus paradigma tahapan peran dan menempatkan suatu perjuangan kolektif sebagai modal bersama menuju impian.

Temu Konsultasi Publik dan Sosialisasi RUU Kepemudaan di University Centre UGM beberapa waktu lalu memunculkan suatu kecenderungan yang menempatkan kaum muda pada posisi pejuang karir. Pembatasan usia pemuda di rentang 18 hingga 35 tahun serta asumsi Deputi Menteri Pemuda dan Olahraga tentang karier dari kepemimpinan daerah hingga nasional, dalam pandangan saya adalah suatu gagasan yang salah besar. Pola pikir ini adalah bagian dari pola pikir kaum birokratis dan pencari karir yang coba diinjeksikan kedalam draft RUU Kepemudaan tanpa melihat secara objektif idealisme dan daya kaum muda itu sendiri.

Satu pandangan menarik dari pidato Sri Sultan dalam acara yang sama amat penting untuk dipahami. Secara umum perjuangan dan berbagai revolusi di belahan dunia adalah karya besar kaum muda, namun demikian kaum muda patut bercermin dari semangat kamu muda angkatan ’08 dan ’28 yang menggoreskan tinta emas sejarah bangsa ini. Semangat yang sama mesti diolah kembali dengan mendasar pada masa lalu, masa kini dan masa depan.

Kaum muda, terutama mereka yang memang berjuang demi mewujudkan masyarakat sejahtera dan adil mesti berpikir dan berjuang bersama secara fokus. Hanya inilah jalan terbaik bagi kaum muda untuk dapat mendapat tempat di kancah kepemimpinan nasional dan terutama di hati masyarakat yang tengah jengah dengan kondisi bangsa ini. Kesan meminta kesempatan dari pemerintah mesti dihapuskan sebab kaum muda mampu menciptakan kesempatan, layaknya dalam sejarah.

Melalui solidaritas dan penemuan cita-cita bersama, ditopang oleh perjuangan kolektif maka kegagalan dari perjuangan sporadis akan segera terbayar. Sudah saatnya pula, PMKRI sebagai bagian garda depan kaum muda bangsa menemukan jalannya untuk bersatu dengan mereka yang juga berjalan menuju arah yang satu dan sama. Perbedaan ciri dan ideologi mestilah di selaraskan dengan adanya cita-cita atau impian bersama yang ingin diperjuangkan.

Melalui kesadaran dan tindakan bersama kaum muda akan menemukan jalannya. Jalan yang sama menuju impian akan Indonesia baru. Perubahan akan datang saat kita dengan sigap dan siap meninggalkan impian mencapai perjuangan kolektif dan menggantinya dengan spirit perjuangan kolektif menggapai impian.

Thomas sembirinK

PMKRI Sanctus Thomas Aquinas

Tuesday, December 4, 2007

PROFISIAT

BAGI ANGGOTA BARU PMKRI SANCTUS THOMAS AQUINAS YOGYAKARTA

INFORIA

'12 RASUL' BARU DITERIMA

Jogja. PMKRI St. Thomas Aquinas Cabang Yogyakarta mengadakan Masa Penerimaan Angggota Baru (MPAB) di Wisma Warak, Sleman., Penerimaan yang berlangsung Jumat (02/11) diikuti 12 peserta dari berbagai kampus di Yogyakarta. Para peserta yang berjumlah 12 ini layaknya para rasul, dipersiapkan selama proses penerimaan agar dapat lebih mengenal PMKRI. Menurut ketua panitia, Indra Rasija, para peserta akan dibimbing dalam proses untuk kemudian dilihat kelayakannya sebagai kader PMKRI nantinya.

Sementara dalam acara pelantikan yang berlangsung di Gua Maria Sri Ningsih, seluruh peserta menjalani Jalan Salib ala PMKRI dan selanjutnya secara resmi diterima sebagai bagian dari PMKRI St. Thomas Aquinas Yogyakarta. Semoga ’12 rasul’ baru dapat berjuang demi gereja dan bangsa. Pro Ecclesia Et Patria!

(001/smb)


PMKRI GELAR PELATIHAN HAM DAN DEMOKRASI

JOGJA. Berkerjasama dengan Fakultas Hukum dan Pusat Studi HAM & Demokrasi, PMKRI St. Thomas Aquinas mengadakan Pelatihan HAM dan Demokrasi di Ruang Konferensi FH UAJY. Kegiatan ini merupakan sebuiah upaya bersama dalam mepromosikan nilai-nilai HAM dan Demokrasi di kalangan mahasiswa serta masyarakat pada umumnya.

Berlangsung selama 2 hari (24-25/11), pelatihan ini dihadiri puluhan mahasiswa. Beberapa anggota PMKRI Cabang Madiun - Jawa Timur juga turut serta berpartisipasi aktif dalam pelatihan ini.
Dalam pembukaan acara, Rm. Dr. Martino Sardi selaku panitia penyelenggara dan juga narasumber menyatakan bahwa pelatihan ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi semakin berkembangnya penghargaan terhadap HAM serta demokrasi.

Semoga melalui pelatihan ini, para kader PMKRI semakin mampu mengambil peran di tengah masyarakat demi terwujudnya masyarakat berwawasan HAM dan Demokrasi.

(002/smb)