Gerak dan Langkah Maju Sebagai Anggota PMKRI
Menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik
Republik Indonesia (PMKRI) bukanlah suatu pilihan
hidup seorang mahasiswa katolik, melainkan suatu
pilihan politik untuk terjun dan terlibat dalam
percaturan dinamika politik kaum intelektual.
Perhimpunan yang kita diami saat ini hanyalah suatu
langkah awal membangun kehidupan kristianitas yang
berpihak pada rakyat, yang didasari oleh tiga nilai
hidup perhimpunan yaitu intelktualitas, kristianitas
dan fraternitas.
Mendidik seseorang untuk menjadi kader muda yang
bermartabat dan bermoral, yang disiapkan membawa panji
Kristus membutuhkan suatu proses pembinaan yang cukup
panjang. Menjadi kader dengan tingkat integritas
pribadi utuh yang tercermin dalam sifat sensus
chatolicus, semangat man for others, sensus hominis,
pribadi yang menjadi teladan, universalitas dan magis
simper tidak hanya disimbolkan dengan suatu gerkan
tangan atau semboyan semangat tetapi harus sampai pada
tingkatan praksis. Semboyan Pro Ecclesia et Patria,
menjadi contoh kongkrit bagaimana posisi kita dalam
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, sama seperti
Yesus dalam Matius 22 berkata "..Berikanlah kepada
Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan
kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah"
Melatih dan membina dalam suatu jenis pembinaan
berjenjang yang selama ini dilakukan di PMKRI semakin
membuat level setiap anggota, di-update dengan
diskursus dinamika dalam kelompok-kelompok kecil
maupun besar. Metodologi seperti pedagogis,
andragogis, orientasi pada proses serta daur belajar
yang selama ini digunakan semakin menunjukkan bahawa
ada perubahan yang selama ini telah diabngun oleh
PMKRI. Transformasi yang diusung dalam MPA di Jakarta
tahun 2000 semakin memperlihatkan bahwa tidak hanya
Vatikan saja dengan konsisli Vatikan ke-II, tapi PMKRI
juga bisa berbuat seperti itu. Lepas dari kenyataan
yang saat ini mendera perhimpunan kita ini, realitas
kondisi di cabang justru memperlihatkan hal yang
sebaliknya diusung dalam konteks Transformasi
Organisasi tersebut. Apah yang salah dengan
Perhimpunan ini? Dar kacamata penulis melihat faktor
pendidikan menjadi salah satu faktor semakin lunturnya
kadar identitas seorang kader PMKRI.
Proses pendidikan yang selama ini dilakukakan di
cabang baik itu MPAB/MABIM, LKK, KSR dan KSN harus
ditunjang dengan kegiatan yang menghasilkan tingkat
produktivitas yang tinggi oleh anggota cabang. Bentuk
dan jenis kegiatan bisa dikreasikan sesuai dengan
kondisi dan dinamika yang berkembang di cabang.
Diharapkan PMKRI ke depan dapat menghasilkan
kader-kader yang berpikir sistematis, realistis,
dialektis dan logis rasional. Sehingga menjadi
anggota PMKRI bukan menjadi keterpaksaan sebagai
tanggung jawab moral mahasiswa Katolik tetapi
merupakan pilihan yang terseleksi untuk menjadi garam
dan terang bagi dunia.
Reynold Lumi
Ketua Presidium
No comments:
Post a Comment