Thursday, August 18, 2011

Sedikit Berbagi..........(1)


Teman-teman, belakangan ini saya banyak ditanyai mengenai ego, id dan superego sekaligus juga banyak mendengar orang berkata menggunakan istilah-istilah ini. Rupa-rupanya ketiga sebutan ini telah menjadi trend dalam setiap kata yang diucapkan. Namun, terkadang saya mengamati bahwa penggunaan dalam konteks kalimat beberapa ada yang salah sehingga dapat berarti lain atau “tidak nyambung”. Mungkin dengan ini, saya mencoba berbagi pengetahuan mengenai istilah ini.
Ketiga istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939). Freud kemudian dikenal sebagai pencetus teori psikoanalitik. Penemuannya dalam teori kepribadian tidak lepas dari pengalaman-pengalamannya dalam merawat pasien neurotik di rumah sakit. Kemudian dari sini, ia menyimpulkan adanya tiga macam kegiatan mental, yaitu ketidaksadaran (alam tak sadar), keprasadaran (alam pra sadar) dan kesadaran (alam sadar). Kemudian untuk lebih memahami ketiga proses mental ini, Freud memperkenalkan suatu model struktur mental yang menggambarkan bahwa pikiran manusia sebagai campuran dari bagian kepribadian sadar dan dapat juga mengandung isi tak sadar. Ketiga struktur inilah yang kemudian dinamainya id, ego, dan superego.

Bagian primitif dari jiwa disebut id (das Es). Bagian ini disebut juga inti kepribadian dan sama sekali tidak disadari. Menurut Freud ini terdiri dari dorongan-dorongan, disebut juga naluri. Pada id ini berisi energi-energi yang mendorongnya untuk mencapai tujuan, yaitu untuk mencari kepuasan hasratnya. Id juga tidak bisa menanggulangi atau mencegah adanya peningkatan energi. Dalam arti Id tidak dapat menanggulangi ketegangan dalam diri akibat keadaan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila berada dalam ketegangan yang tinggi, mungkin karena stimulus dari luar, id akan bekerja sedemikian rupa untuk menghentikan ketegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi yang rendah serta menyenangkan. Misalnya ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang tegang atau kondisi tidak membuat dirinya nyaman, seperti menghadapi kegiatan yang serba padat, dikejar deadline tugas dan rapat-rapat, belum lagi tuntutan dari atasan, maka orang cenderung memilih untuk tidak memikirkannya terlebih dahulu dan mencari kesenangan, dengan tidur atau dengan hal lain yang membuat dirinya bebas. Bahkan sampai tidak mengerjakan satupun dan melupakannya. Atau malah bisa saja menonton video porno saat rapat seperti berita yang beredar akhir-akhir ini. Cara kerja id ini disebut sebagai prinsip kenikmatan (pleasure principle). ciri-ciri lain dari id adalah tidak memiliki moralitas karena tidak dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, hanya untuk mencapai satu tujuan yaitu nikmat.

Bagian kedua adalah ego. Struktur mental ini disebut juga dengan “aku” atau “diri”. Ego ini timbul karena adanya kebutuhan organisme untuk berinteraksi dan memerlukan transaksi dengan realitas objektif. Prinsip kerja ego ini disebut mengikuti perinsip kenyataan. Tujuannya prinsip ini adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya cara atau objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego di sini lebih dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Berprinsip pada pnegalaman benar atau salah yang didapat dalam kenyataan dunia luar. Bedanya dengan prinsip kenikmatan adalah hanya terpaku pada apakah pengalaman tersebut menyakitkan atau menyenangkan. Ego juga disebut sebagai “badan pelaksana”(executive branch). Dikatakan ini karena ego berperan untuk mengontrol pintu-pintu atau cara-cara ke arah pencapaian dorongan insting atau kebutuhan id tetapi tidak bertolak belakang dengan realitas dan lingkungan luar, sehingga bisa saja tidak semua kebutuhan id harus atau dapat dipenuhi. Jika bertentangan dengan relaitas kemungkinan tidak akan terealisasi.


Superego adalah bagian ke tiga dari struktur mental Freud. Menurutnya superego adalah bagian moral atau etis dari kepribadian. Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip kenyataan dari ego. Superego mencerminkan yang ideal dan memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan (Semiun, 2006, h. 66). Superego memiliki dua subsistem, yaitu suara hati (conscience) dan ego-ideal. Suara hati bisa saja ditimbulkan dari pengalaman anak atas hukuman atau perlakuan-perlakuan dari orang tuasebagai respon dari tindakan yang salah yang dilakukan.sedangkan ego-ideal timbul dari hadiah yang didapat anak dari orang tua sebagai respon anak yang dianggap tepat dan harus dilakukan. Superego tidak memihak terhadap kebahagiaan dari ego, bahkan superego akan sangat keras untuk menuju kesempurnaan bahkan tidak mempertimbangkan kesulitan-kesulitandan kemustahilan yang dihadapi ego dalam melaksanakan perintah-perntahnya. Semiun, dalam buku teori kepribadian dan terapi psikoanalitik Freud (2006) mengurai tiga fungsi superego, yaitu (1) merintangi impuls-impul id, terutama impuls seksual dan agresif akrena sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan.
Sebagai contoh untuk ketiga struktur mental ini sebagai dinamika proses psikologis dan pikiran adalah seperti contoh pada id, seorang mengalami tegangan tinggi, tugas menumpuk, tuntutan kuliah dan dosen, belum lagi dikejar deadline dalam organisasi. Maka id sebagai prinsip kenikamatan cenderung untuk memilih meredakan ketegangan dengan kenyamanan diri. Orang tersebut mengambil tindakan untuk bermalas – malasan, melupakan bahkan akhirnya tidak mengerjakan satu pun jika lebih mengikuti dorongan id. Di sisi lain, jika ego berperan, maka orang tersebut di satu sisi mencari cara untuk mencegah atau menyelesaikan ketegangan dengan berusaha memenuhi kebutuhan id tetapi tidak lupa pada kenyataan. Misalnya, orang tersebut akan mengambil waktu istirahat sebentar namun tidak melupakan tugas-tugasnya, akan dikerjakan beberapa bahkan bisa saja semua. Sedangkan jika superego lebih berperan, maka orang tersebut akan lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan dan tugasnya karena menanggap itu merupakan bagian dari tanggung jawabnya.

Teman-teman, begitulah sedikit informasi yang bisa saya bagikan, perlu ditekankan kembali, bahwa menurut Freud proses ini akan berdinamika sesuai dengan sistem yang ada dalam pikiran dan mental kita jadi bukan sesuatu yang mengatur tindakan kita. Namun demikian, teman-teman dapat memperhatikan setiap dinamika pikiran dan mental yang terjadi ketika merespon sesuatu.

“ Orang dengan id yang kuat dan ego yang lemah memiliki superego yang begitu lemah sehingga tidak mampu mengimbangi tuntutan-tuntutan yang tidak putus-putusnya dari id. Orang dengan perasaan bersalah atau perasaan rendah diri yang kuat dan ego yang lemah akan mengalami banyak konflik karena ego tidak dapat mengambil keputusan terhadap tuntuan-tuntutan yang kuat, tetapi bertentangan dari superego dan id. Orang dengan ego yang telah mnginkorporasikan banyak tuntutan id dan hampir semua tuntutan superego adalah orang yang sehat secara psikologis, yakni orang yang dapat mengontrol dengan baik prinsip kenikmatan dan prinsip moralistik”.(Semiun, 2006, h. 68)
Selamat belajar dan berefleksi.

Sumber :
Semiun, Yustinus, OFM. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik. Yogyakarta : Kanisius
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup – Live Span Development edisi kelima. Jakarta : Erlangga

Lusiana Bintang Siregar
Ketua Presidium PMKRI Cabang Yogyakarta