Wednesday, August 28, 2013

Proposal LKK


mengingat salah satu tugas utama PMKRI ialah Kaderisasi maka kami, DPC Yogyakarta menyampaikan bahwa PMKRI Yogyakarta kembali akan mengadakan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK)2013. Latihan Kepemimpinan Kader Tahun ini kembali kita adakan mengingat suksesnya acara Latihan Kepemimpinan Kader pada 2012 kemarin yang tentunya tidak terlepas pula dari bantuan dan doa dari semua anggota baik itu anggota penyatu dan anggota biasa PMKRI Yogyakarta.

LKK tahun ini akan diadakan di Wisma Salam, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 12-15 September 2013 nanti dengan mengangkat tema "Bangkit dan Bergeraklah PMKRI dari Perhimpunan bagi Gereja dan Tanah Air". Tema ini dipilih karena melihat kekondisian kader PMKRI pada era ini cenderung mulai melempem dan kurang terdengar gaungnya baik itu pada skala nasional maupun pada cabang, diharapkan setelah diadakannya pelatihan ini dengan tema"Bangkit dan Bergeraklah PMKRI dari Perhimpunan bagi Gereja dan Tanah Air", PMKRI dapat menciptakan kader-kader yang tangguh dan berani untuk melontarkan suara mereka keluar dari dalam zona nyaman ke dalam lingkungan masyarakat secara nyata demi terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.
 dibawah disertakan link untuk mendownload proposal LKK 2013.

http://www.ziddu.com/download/22831731/ProposalLKK2013.docx.html

Pro Ecclecia Et Patria !

Thursday, August 8, 2013

Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila menuju Indonesia yang adil dan bermartabat

Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila
menuju Indonesia yang adil dan bermartabat


Dengan runtuhnya kepemimpinan Presiden Soeharto secara tidak langsung bangsa Indonesia telah mendeklarasikan diri sebagai sebuah bangsa yang berdemokrasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan dimulainya era reformasi membawa dampak yang signifikan terhadap penannaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Sejak reformasi bergulir, semangat menghidupi nilai-nilai pancasila mulai mengendor. Pancasila menjadi korban sejarah seiring runtuhnya kekuasaan Orde Baru yang pada saat itu dengan begitu giatnya menjalankan program-program pancasila sebut saja program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagai ujung tombak untuk menanamkan nilai-nilai pancasila bagi masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dari keinginan agar nilai-nilai Pancasila hidup dan kian merasuk dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat diaktualisasikan dalam pengetahuan, pemahaman, sikap serta tingkah laku semua lapisan masyakarakat. Namun, setelah sekian lama program tersebut berjalan, dengan perkembangan kecedasan warga Negaranya, ternyata program tersebut dirasakan sebagai indoktrinasi semata untuk mempertahankan keberlanjutan penguasaan terhadap bangsa ini oleh pemimpin kala itu, sehingga semua hal yang berkaitan dengan Orde Baru dihilangkan dan dibumi hanguskan dari tanah air Indonesia.
Hari-hari ini dengan melihat realitas bangsa Indonesia yang semakin mengalami perubahan dan perkembangan. Upaya menanamkan nilai-nilai pancasila semakin tersingkirnkan. Ideologisasi Pancasila pun seakan tak terbendung oleh tuntutan perubahan yang sebenarnya tidak jelas arahnya mau ke mana? Berbagai program bahkan kurikulum Pendidikan Pancasila tidak lagi dimasukan dalam bahan proses belajar mengajar. Hal ini tentu merupakan ancaman akan memudarnya nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Sebuah penelitian dan kajian akademik tentang pancasila mengemukakan bahwa Pancasila tidak lagi merupakan hal yang popular dan diminati oleh masyarakat. Hal ini member dampat Pancasila tidak lagi dikenal dan sedikit demi sedikit bangsa kita tersingkirkan dari jati dirinya sendiri. 
Try Sutrisno (Mack Dieter, 1996: 146) mengatakan bahwa: “Pembangunan yang tidak berakar pada nilai fundamental budaya bangsanya akan berakibat pada hilangnya kepribadian dan jati diri bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang demikian pada gilirannya akan runtuh, baik disebabkan kuatnya tekanan pengaruh dari luar maupun oleh pengeroposan dari dalam tubuhnya sendiri.” Pernyataan tersebut dapat dilihat dan dirasakan bahwa betapa terdegradasinya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia. Milsanya saja, sikap individualisme yang kian tumbuh subur bagai jamur dalam kehidupan masyarakat bangsa ini; bentrokan dan konflik yang terus bergejolak akibat dari etnosentrisme berlebih diantara suku bangsa dan hilangnya fiigur wakil rakyat dan pemimpin bangsa yang disebabkan bercokolnya kepentingan dan politisasi atas dasar kepentingan pribadi dan kelompok. Akhirnya masyarakat semakin tidak terkontrol, mereka menjadi liar karena tidak lagi mendapatkan petunjuk dan tidak lagi peduli terhadap cita bangsa yang ditegaskan dalam Pancasila.
Berbagai masalah dan kondisi ketimpangan yang ada harapannya dapat menjadi keresahan bersama setiap pihak dan dari sana lahir keinginan yang dibuat secar sadar dan tegas untuk keluar dari keterpurukan yang ada. Menyikapi realitas masyarakat pasca reformasi yang tidak kunjung memberikan perubahan positif yang signifikan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Masyarakat saat ini seolah kehilangan orientasi yang sudah kritis.  Oleh karena itu revitalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus segera diprogramkan dan dilaksanakan dengan komitmen dan konsistensi; baik dengan program-program kemasyarakatan yang dengan tulus setiap warga negara merasakan bahwa Pancasila sebagai kebutuhan bukan doktrinasi semata; ataupun dengan program-program formal melalui lembaga-lembaga yang ada seperti lembaga pendidikan maupun lembaga pemerintahan agar nilai-nilai Pancasila tersebut tetap lestari dan dapat menjadi lentera dan penunjuk arah guna tercapainya tujuan bangsa Indonesia. Penataan karakter bangsa dengan merevitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mutlak diperlukan. Saat ini, semua elemen negara berharap adanya perubahan yang mendasar agar masyarakat, bangsa dan negara kita kembali kepada jati diri nya sebagai bangsa yang besar dengan ideologi yang mendasar yakni Pancasila yang menjadi gambaran budaya Indonesia. Serta mantapnya pemahaman, memurnikan penghayatan dan konsistennya terhadap pelaksanaan  nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. (Semoga)
Oleh: Mario Wiran
(Ketua Presidium PMKRI Yogyakarta)